Friday, July 12, 2013

Kemacetan Di Ibu Kota Indonesia

For Illustration only

Kemacetan merupakan makanan sehari-hari bagi penghuni Ibu Kota Jakarta ini. Bahkan jika titafsirkan dalam Rupiah maka sudah bermilyaran ekonomi Jakarta merugi. Bayangkan bila tidak ada macet, berapa banyak tugas yang bisa anda selesaikan, berapa orderan yang bisa anda kirim. Berbagai usulan dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah kemacetan ini. Akan tetapi semua usulan tersebut merupakan target jangka pendek yang sebenarnya tidak akan menyelesaikan masalah di masa yang akan datang. Ya betul, pelebaran jalan akan membuat kemacetan berkurang tapi apakah cara tersebut masih efektif 10 tahun mendatang? Ibu kota kita tidak perlu pelebaran jalan, Ibu kota kita tidak perlu menaikan tarif parkir, dan tidak perlu membangun lagi jalan tol baru. Kita perlu solusi jangka panjang bukan serba instant. Selama ini kita hanya melihat banyaknya keluaran kebijakan-kebijakan super instant buat melihat hasil dalam jangka pendek. Seiring jabatan berganti, kemacetan kembali muncul lagi.

Berikut adalah beberapa teori SUPER GILA RADIKAL untuk mengatasi kemacetan di Ibu Kota tercinta ini:
*Perhatian ini teori GILA ga bisa dipercaya

1. Open Access Public/Common Building
Mengharuskan gedung-gedung perkantoran atau mall-mall yang saling berdekatan membuka akses untuk satu sama lain. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pedestarian flow maka itu secara tidak langsung mengurangi vehicle-traffic flow yang masuk ke area tersebut. Seperti saja contoh Mall Taman Anggrek- Central Park, Senayan City-ITC Senayan -Plaza Senayan, Grand Indonesia- Plaza Indonesia, Emporium Pluit Mall-Pluit Junction dan seluruh gedung perkantoran di Sudirman dan Thamrin.

Skybridge penghubung antar gedung
Bayangkan saja bila semua gedung-gedung di Sudirman dan mall-mall yang berdekatan di Jakarta terhubung sesamanya, berapa banyak orang yang bakal memilih berjalan kaki menuju satu tujuan dengan melewati gedung-gedung tersebut yang ber-AC, terlindung dari terik matahari dan hujan badai. Mungkin saja anda memilih untuk turun di Grand Indonesia dan melanjutkan jalan kaki ke Prudential tower untuk menghindari macet bila ada pedestarian akses dari gedung ke gedung sampai ke Prudential Tower di Thamrin.

Apa guna buka akses gedung kan ada pedesterian buat pejalan kaki? Tidak usah jauh-jauh mencari mengapa kita perlu akses antar gedung, pernahkah anda kepikiran untuk berjalan kaki ke Taman Anggrek sedangkan anda parkir di Central Park yang merupakan tujuan pertama. Bila anda melihat dilapangan, walaupun bersebelahan tetapi tidak ada akses pintu maupun pagar antar sesama mall. Anda perlu berjalan ke depan mall keluar dan turun ke jalan kecil yang satu-satunya menghubungi Taman Anggrek dan Central Park. Bila anda malas berjalan sejauh itu, silahkan anda melompati pagar pembatas TA dan CP dibelakang yg boleh dibilang lumayan tinggi. Belum lagi bila hujan, orang lebih mengurungkan niat untuk berpindah dari TA ke CP maupun sebaliknya.

Salah satu tempat di Jakarta yang anda bisa lihat dimana akses antar gedung benar-benar meningkatkan pedestarian flow dan mengurangi car-traffic disekitar area tersebut adalah ITC Mangga dua- Pasar Pagi- Harco Mas. Kemacetan di area depan gedung tersebut boleh dibilang jarang jikalau tidak ada sesuatu yang terjadi seperti banjir, kecelakaan dll. Melainkan kemacetan tersebut terjadi gara-gara lampu merah di pertigaan Pangeran Jayakarta dan Gunung Sahari yang tidak jarang mengakibatkan kemacetan sistematis yang mengular sampai area pembelanjaan tersebut. Bayangkan apa yang terjadi bila tidak ada jembatan tersebut.

2. Transit Junction dan Transit Parking
Bondi Junction
Ibu Kota kita perlu Junction untuk menampung arus penduduk menuju ke berbagai daerah. Contoh saja junction di kota suburb Bondi ini yang bertetanggaan dengan kota CBD Sydney. Disini terdapat halte bus utama yang menuju kemana aja, begitu juga dibawahnya terdapat stasiun MRT. Banyak aktivitas warga berlalu-lalang menggunakan junction ini.


Central Sydney


Sesuatu yang sama juga terlihat di transit stop Central Sydney ini. Bus/MRT dari dan ke Bondi berhenti disini dan juga ke daerah lain. Dalam satu gedung dan satu area, penduduk diberikan akses yang gampang menuju stasiun kereta api maupun ke halte bus melalui skybridge ataupun tunnel-walk.



Selain itu, diperlukan untuk membangun tempat parkir di transit junction menuju CBD dan area-area padat aktifitas. Tujuannya untuk mengalihkan pengendara motor/mobil ke transportasi masal untuk masuk ke area kota, perkantoran dan area-area padat aktifitas lainnya.

Alasan anda nyetir karena tempat anda tinggal tidak ada halte bus, stasiun KA dll? Dibangunnya transit parking mungkin akan membuat anda berpikir untuk membawa mobil anda dan beralih ke transportasi masal daripada nyetir ke dalam kota Jakarta dan terjebak macet berjam-jam. Bayangkan bila ada transit parking di halte bus utama/Stasiun KA Tangerang yang menuju ke kota, berapa banyak mobil yang sedianya menuju ke Jakarta dan akhirnya berbalik arah memarkirkan kendaraannya dan beralih ke transportasi massal tersebut.

Kedua ini, transit junction dan transit parking tidak dapat dipisahkan. Mereka bagaikan bayi kembar-siam. Tanpa gedung parkir memadai, orang lebih memilih untuk naik mobil langsung ke kota. Begitu pula bila tersedia gedung parkir transit tapi transit junction yang tidak memadai sama saja orang lebih memilih naik mobil/motor menuju Jakarta. Coba saja di bangun transit Junction di luar CBD area dan open access sesama gedung diberlakuin, berapa banyak pejalan kaki yang bergerak menuju kawasan CBD dan ke transit junction. Berapa banyak mobil yang sediainya memasuki kawasan CBD berbalik arah dan lebih memilih memarkirkan kendaraan di transit parking dan naik bus dari transit junction ke CBD junction dan beralih jalan kaki ke kantor gedung tempat dia bekerja.

3. Buka Jalur Busway pada jam-jam tertentu
Pembukaan jalur busway pada jam-jam tidak sibuk seperti jam 10 AM sampai 12 PM, 2.30 PM- 4 PM dan diatas jam 9 PM-5AM. Kegunaan ini untuk mempercepat traffic flow sebelum terjadi penumpukan pada jam-jam sibuk. Dengan kata lain mempercepat satu mobil untuk sampai ke satu tujuan dan keluar dari jalan raya sebelum jam sibuk.

Contohnya, si A berangkat jam 10 AM ke satu tujuan, melewati busway dengan cepat sampai ke tempatnya jam 11.30 dan memarkirkan mobilnya alias idle pada jam sibuk. Nah berkuranglah satu kendaraan yang memenuhi jalan Ibu Kota kita. Bayangkan bila beribu-ribu kendaraan melakukan hal tersebut.

Bagaimana dengan skenario busway ditutup setiap saat? Si A berangkat pukul 10, ikut arus mobil yang lambat dan akhirnya memasuki jam sibuk jam 12 siang, Si A pun belum sampai karena perjalanan dia yang lambat. Maka si A itu hanya menambah beban pada kapasitas jalan dimana dia seharusnya sudah sampai dan idle sewaktu jam sibuk tersebut.

Mungkin saja ini ide terkonyol yang pernah anda baca ataupun anda merasa ada benarnya juga. Tidak salahnya anda ikut memberikan ide melalui comment post dibawah ini. 



No comments:

Post a Comment